Quote

Minggu, 26 Juni 2011

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

 
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1.  Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system).  Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.  Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.  Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2.  Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.  Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
  1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.  Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.  Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:
    1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.
    2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.
    3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.
    4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
  2.  Berkaitan dengan pesan atau message.  Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.  Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.  Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.  Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.  Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.  Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

Jumat, 24 Juni 2011

Cermin Teladan Kepemimpinan Rasulullah

         Rasulullah telah wafat ribuan tahun yang lalu, tetapi pengaruhnya tetap abadi hingga sekarang, tidak lapuk dimakan zaman dan tidak lekang dimakan usia. Rasulullah adalah contoh teladan pemimpin yang baik. Rasulullah saw. memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Rasulullah memimpin penglihatannya, tutur katanya, nafsunya, keinginannya, dan memimpin keluarganya dengan cara terbaik sehingga Beliau mampu memimpin umat dengan cara dan hasil yang terbaik pula.
       Penyebab seorang pemimpin tersungkur menjadi hina karena banyak menginginkan kedudukan dan jabatan tetapi tidak mampu memimpin dirinya sendiri. Seorang pemimpin jatuh karena kesalahannya sendiri dan bukan karena orang lain.
         Rasulullah memimpin dengan suri teladan yang baik karena tidak banyak menyuruh atau melarang tapi dengan menjadi contoh yang baik. Keteladanan sangat penting karena sehebat apa pun yang kita katakan tidak akan berharga kecuali kalau perbuatan kita seimbang dengan kata-kata. Rasulullah tidak menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya sendiri. Rasulullah tidak melarang sebelum melarang dirinya. Kata dan perbuatannya amat serasi sehingga setiap kata-kata diyakini kebenarannya.
Kepemimpinan Rasulullah tidak hanya menggunakan akal dan fisik, tetapi Beliau memimpin dengan kalbunya karena hati tidak akan pernah bisa disentuh kecuali dengan hati. Rasulullah menabur cinta kepada sahabatnya sehingga setiap orang bisa merasakan tatapannya dengan penuh kasih sayang, tutur katanya yang rahmatan lil alaamiin, dan perilakunya yang amat menawan. Seorang pemimpin yang hatinya hidup akan selalu merindukan kebaikan, keselamatan, kebahagiaan bagi yang dipimpinnya.
         Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dengan tulus dan menafkahkan jiwa raganya untuk kemaslahatan umat. Ia berkorban dengan mudah dan ringan karena merasa itulah kehormatan menjadi pemimpin, bukan mengorbankan orang lain. Pemimpin budiman tidak berpikir apa yang akan dia dapatkan dari umat, tetapi apa yang bisa dia berikan kepada umat.
            Hal penting yang bisa kita lakukan adalah memimpin diri sendiri. Jangan biarkan diri kita menjadi hina karena mata yang tidak terjaga atau karena tutur kata yang penuh kesombongan. Marilah kita tundukkan hati dan maknai hidup dengan berkhidmat kepada orang lain, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Rasulullah Muhammad saw. Adalah pribadi yang agung, yang teladan-teladannya terus hidup dalam dada kita, kaum Muslimin hingga akhir zaman.

Rabu, 22 Juni 2011

Membangkitkan Jiwa Kepemimpinan

Tulisan ini bersumber dari buku “Berbisnis Sukses dengan Allah” karangan Kang Yopi Hendra. Hal. 82 – 92. Sengaja di kutip untuk menuntun kita menjadi seorang pemimpin yang amanah. Amiin.


Apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin?
1.Berpikirlah tentang visi masa depan. Visi yang terus dibayangkan akan menuntun langkah sehingga kita tidak kehilangan arah.
2.Luangkanlah waktu untuk merenung dan berpikir.
3.Seorang pemimpin harus menetapkan target yang akan dicapai pada awal kepemimpinannya.
4.Pemimpin harus terus melakukan perbaikan, baik terhadap diri maupun organisasinya.
5.Pemimpin memerlukan kritik dan masukan dari orang lain.
6.Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mensinergikan potensi bawahannya sehingga melahirkan sebuah tim yang solid.

Sifat Pemimpin.
1.Percaya diri.
2.Pemimpin adalah orang yang bijaksana, mampu mengendalikan diri, dan memiliki kepribadian yang matang.
3.Seorang pemimpin harus memiliki kesabaran.
4.Pemimpin adalah orang yang ramah.
5.Seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk menyampaikan maksud dan visinya dengan jelas.
6.Seorang pemimpin harus memiliki ketegasan dalam bertindak dan memiliki tekad yang kuat untuk meraih  cita-citanya.
7.Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki daya imajinasi tinggi.
8.Seorang pemimpin mencintai setiap orang, terutama bawahannya.
9.Seorang pemimpin memiliki kepekaan.
10.Seorang pemimpin adalah orang yang banyak berinisiatif daripada bereaksi terhadap kejadian.
11.Selalu mencocokkan kata-kata dengan perbuatannya.
12.Memimpin dengan memberikan suri tauladan.
13.Pemimpin memiliki empati.
14.Pemimpin memiliki keputusan yang mantap.
15.Seorang pemimpin memiliki selera humor.
16.Memiliki rasa keadilan dan kejujuran.

Syarat Jadi Pemimpin.
1.Seorang pemimpin harus dapat mencintai orang lain.
2.Seorang pemimpin harus mampu memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum memimpin orang lain.
3.Terpercaya adalah sifat wajib seorang pemimpin.
4.Seorang pemimpin yang memiliki kecakapan manajemen akan lebih mudah dalam menjalankan organisasinya.
5.Seorang pemimpin harus memiliki keahlian yang memadai di salah satu bidang.
6.Pemimpin harus pandai berhubungan dengan bawahan.
7.Seorang pemimpin harus ahli dalam berhubungan dengan sesame.
8.Seorang pemimpin harus yakin dengan prinsipnya, memiliki misi, dan target yang jelas.
9.Seorang pemimpin mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif.
10.Seorang pemimpin memiliki kemampuan memotivasi dirinya sendiri.
11.Pemimpin yang berani berbuat melebihi tanggung jawab.

Tips Praktis dalam Memimpin
1.Gantilah kalimat perintah dengan kalimat bertanya.
2.Jangan memarahi karyawan di tempat ramai.
3.Dengarkanlah usulan dari bawahan.
4.Penuhilah semua janji.
5.Memberitahukan kesalahan bawahan dengan efektif.
Penyebab Kegagalan Pemimpin.
1.Kurang perhatian kepada hal-hal kecil.
2.Ingin selalu sempurna.
3.Takut disaingi oleh orang lain.
4.Kurang kreatif.
5.Terlalu membanggakan diri.
6.Tidak setia kepada organisasi dan bawahan.
7.Terlalu membanggakan jabatannya.
8.Terjebak dengan klenik.

Coaching (Mendidik Bawahannya)
1.Mulailah dengan penghargaan yang jujur.
2.Bicarakanlah sisi kekurangan kita terlebih dahulu.
3.Doronglah bawahan kita untuk memperbaiki diri dan perlihatkan bahwa kesalahan itu bisa diperbaiki dan diatasi.

Organisasi

Organisasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan bersama.
Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen.[1] Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).[1]

Definisi

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda.[1] Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.[1]
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.
  • Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama [2].
  • James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama [3].
  • Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih[4].
  • Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. [5].
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.[1] Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran [1]
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus.[1] Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup.[1] Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.[1]

Partisipasi

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih.[6]. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan.[1] Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.[1]
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.[1].
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata.[1] Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.[1]

Unsur-unsur

Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi[1]:
  1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
  2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
  3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”.

Jenis-jenis

Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut[1]:
  1. Pikiran (psychological participation)
  2. Tenaga (physical partisipation)
  3. Pikiran dan tenaga
  4. Keahlian
  5. Barang
  6. Uang

Syarat-syarat

Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu .
  • Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta[1].
  • Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif.[1]
  • Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.[1]
  • Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator.[1]
  • Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.[1]
  • Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.[1]
  • Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan kepada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.[1]
Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas.[1]

Bentuk-bentuk organisasi

  1. Organisasi politik
  2. Organisasi sosial
  3. Organisasi mahasiswa
  4. Organisasi olahraga
  5. Organisasi sekolah
  6. Organisasi negara

Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan

Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan

Apa sih kepemimpinan itu?
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. Atau dengan kata lain, inti kepemimpinan adalah mempengaruhi dan mendapatkan pengikut.

Lantas siapa pemimpin itu?
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Pemimpin selalu menjadi yang terdepan (teladan); menerima efek positif dari semua tidakannya, atau juga sebaliknya, menanggung resiko atas semua tindakan yang telah diambil.

Bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin yang ideal?
Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Sebab sikap-sikap kepemimpinan bukan diperoleh dari bakat sejak lahir, ataupun dengan mempelajarinya selama beberapa jam pertemuan. Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dipelajari dalam tahapan menjadi seorang pemimpin. Jadi sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap atau juga stagnan. Sikap itu terus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Sikap itu bukan sesuatu yang bisa mencapai tahap finish. Serangkaian proses yang tak pernah usai tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Lalu, bisakah seseorang menjadi pemimpin yang sesungguhnya?
Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling klasik adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang pemimpin adalah; Ing ngarso sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya mangun karso (di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan). Setidaknya ada empat kualitas pemimpin yang mesti kita pelajari untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dalam diri kita.
1) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus dengan cepat memahami kebutuhan orang-orang dan memenuhinya. Sebagai contoh, seorang pedagang harus dengan cepat memahami kebutuhan para produsen, konsumen dan situasi terkini dalam pendistribusian order agar dapat meraih sukses dalam bisnisnya. Ketika kita melakukan suatu bisnis di pasar dunia, perluasan kapasitas produksi tidak akan menjamin kesuksesan dalam bisnis kita. Ketika melakukan produksi, kita harus memahami dan menganalisa status produksi dari barang-barang di seluruh dunia dan berdasarkan itu kita harus mencocokkannya dengan pabrik kita. Hanya analisa yang teliti dan pemahaman yang sepenuhnya yang dapat membawa kesuksesan. Sama seperti hal di atas, mereka yang kurang memiliki kemampuan dalam memahami dan menganalisa kebutuhan orang lain tidak dapat menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus terus menerus tanggap dan harus bisa menganalisa. Apa yang dibutuhkan pasar? Apa yang sedang mereka pikirkan? Dalam hal apa mereka membutuhkan pembaharuan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus selalu ada di dalam pikiran para pemimpin.
2) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus memiliki kemampuan untuk membuat/membantu orang lain sukses. Di antara berbagai macam tipe pemimpin, ada tipe pemimpin otoriter. Para pemimpin otoriter tidak mempedulikan ide-ide atau pendapat dari orang yang berada di bawahnya. Para pemimpin tipe ini menyuruh orang-orang agar mematuhi perintah-perintahnya. Mereka ini akan memanfaatkan bawahan mereka, lalu mengabaikannya. Tipe lainnya yaitu tipe pemimpin mekanis. Mereka ini sangat terikat dengan aturan-aturan yang mereka ikuti. Tipe pemimpin seperti ini telah kehilangan rasa kemanusiaannya dan menjadi mesin virtual. Pemimpin seperti ini tidak dapat membantu orang lain agar menjadi sukses. Ada beberapa pemimpin yang dengan senang hati membantu orang lain agar menjadi sukses. Menolong orang lain bukan berarti mengambil orang-orang dari jalanan dan mentoleransi kemampuan mereka yang kurang. Seorang pemimpin yang mampu membantu orang lain agar menjadi sukses mula-mula harus mampu mengevaluasi orang lain, kemudian mengarahkan mereka kepada tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, mereka dapat bekerja dengan senang hati dan mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan. Memastikan bahwa orang yang tepat telah ditempatkan di tempat yang tepat (the right man on the right place) merupakan tanggung jawab seorang pemimpin. Untuk melakukan hal ini, seorang pemimpin harus mempunyai minat dan fokus yang tetap terhadap orang-orang yang mereka pimpin. Dengan melihat talenta yang berbeda-beda di dalam diri tiap-tiap orang, seorang pemimpin harus mampu mendorong mereka untuk mengembangkan talentanya. Apabila sang pemimpin menemukan bahwa seseorang sedang berusaha dan sedang berjuang dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak cocok untuknya, maka pemimpin tersebut harus mencarikannya pekerjaan baru. Sedangkan terhadap orang-orang yang kurang mempunyai kemampuan, sang pemimpin harus mendorong dan mengajari mereka sehingga mereka menjadi mampu untuk melakukan pekerjaannya. Kita semua harus mempraktekkan kepemimpinan yang seperti ini.
3) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus selalu memiliki semangat untuk mempelopori (pioneer) dan harus selalu bergerak maju. Kebanyakan orang hanya diam di tempat, mereka hanya berusaha agar keadaan tetap seperti itu. Ini dikarenakan mereka lebih memilih untuk amannya saja daripada hidup dalam ketidakpastian. Apabila seorang pemimpin hanya mencari rasa aman saja sewaktu ia memimpin suatu kelompok, maka ia telah kehilangan tujuannya sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang ideal harus mempunyai sifat petualang dan agresif. Ide-ide baru harus dipikirkan dan diterapkan meskipun ide-ide tersebut mungkin mengakibatkan ketidakpastian dan membawa resiko/bahaya. Pertumbuhan dan perkembangan selalu diikuti oleh sejumlah resiko/bahaya. Seorang pemimpin harus terus mengembangkan dan memperluas dirinya agar dapat menjadi pemimpin yang lain daripada yang lain. Saya telah banyak membaca profile para pemimpin yang terkenal di dunia, dan saya menemukan bahwa mereka semua mempunyai satu persamaan yaitu mereka semua terlihat sedikit fanatik di dalam beberapa hal tertentu. Mereka kadang-kadang mengatakan hal-hal yang sulit dimengerti dengan sudut pandang biasa. Mereka semakin menjauh dari realita dan menemukan hal-hal yang baru untuk dikerjakan. Oleh karena itu, orang-orang yang berpegang pada realita akan mengalami kesulitan untuk memahami mereka. Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, pikiran kita harus lebih maju daripada orang lain, dan kita harus menjadi pemimpin yang selalu bekerja keras. Oleh karena itu, kita harus memiliki visi dan misi yang jauh ke depan dan berusaha keras untuk meraihnya dengan segala usaha. Maka kita dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang ideal.
4) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus menginvestasikan semua usaha kita untuk pengembangan diri. Kita harus membayangkan seberapa banyak kita telah mengembangkan dan meningkatkan diri sejak tahun lalu sambil bertanya pada diri kita, Apa yang bisa saya lakukan untuk menjadi seorang pemimpin yang lebih baik lagi? Bagaimana caranya agar saya dapat menjalankan tugas saya sebagai pemimpin dengan lebih efektif? Selain itu, kita harus melakukan yang terbaik untuk pengembangan diri kita. Saya menghabiskan banyak energi untuk melakukan pengembangan dan peningkatan diri. Saya selalu berpikir tentang bagaimana cara meningkatkan dan mengembangkan diri saya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Lihatlah para CEO atau para eksekutif perusahaan. Tentu saja mereka sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Tetapi jika kita melihat mereka lebih dekat, kita akan terkejut karena kita akan menemukan bahwa mereka banyak menghabiskan waktu mereka untuk mengembangkan dan meningkatkan diri. Ketika kita tidak bisa merefleksikan pada diri kita sendiri untuk menemukan kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki, maka kita akan menemukan bahwa kita tidak akan mampu memimpin.
Menjadi seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan proses belajar yang sangat panjang, namun bukan berarti tidak mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap manusia akan menanggung sendiri atas apa yang telah mereka lakukan. Jadi di sini manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai tertentu.